Sesungguhnya kita hidup dalam alur waktu yang terus bergulir . Detik berganti menit, menit berganti jam, siang dan malam dalam kumpulan hari-hari. Setiap hari yang berlalu berarti berkurang pula bagian hidup kita di dunia.
Jangan sampai waktu kita terbuang percuma. Ibnu Mas'ud berpesan ,''Usiamu semakin berkurang seiring dengan perjalanan waktu siang dan malam, sementara amalan akan tersimpan, dan kematian akan datang tiba-tiba." Waktu berjalan cepat dan tak akan kembali.
Hidup bukanlah permainan yang tanpa konsekuensi, tetapi ialah kenyataan yang setiap bagiannya akan dipertanggungjawabkan. kehidupan dunia adalah periode yang sangat menentukan, meskipun jangka waktunya hanya sesaat, tetapi akhirat yang kekal sebagai taruhannya. Allah berfirman, " Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat ula memajukannya."(Q.S Al A'raf: 34).
Tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah semata. Inilah hakikat yang sering terlupa. Padahal Allah telah berfirman dengan jelas dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
Ibnu Taimiyah mendefinidikan ibadah merupakan seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, dhahir maupun batin. Ibadah tidak akan diterima kecuali dengan dua syarat.
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar maupun syirik kecil.
2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat "Laa ilaaha illallaah", karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah swt., dan syarat kedua adalah konsekuensi syahadat "Muhammadur rasulullah", karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari'atnya dan meninggalkan semua bentuk bid'ah.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan bahwasanya seorang hamba harus rela Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabinya. Kerelaan Allah sebagai Rabb mencakup kerelaan untuk mengakui rububiyah, qadha dan qadar-Nya. Kerelaan terhadap Islam sebagai agama mencakup kerelaan terhadap perintah dan larangan dalam Islam, cinta dan benci karena Islam, sehingga tiada keberatan dalam hatinya sedikitpun untuk melaksanakannya. Adapun kerelaan untuk mengakui Muhammad saw sebagi rasul mencakup kerelaan untuk menjalankan hukumnya, tunduk terhadap aturan yang dibawanya dan tidak mendahulukan ketentuan selain darinya.
Itulah jalan yang harus kita tempuh. Itulah jalur kembali bagi yang ingin selamat dan sampai tujuan dengan sentausa.
Disimpulkan dari majalah Ar Risalah edisi 64 bonus.
Jangan sampai waktu kita terbuang percuma. Ibnu Mas'ud berpesan ,''Usiamu semakin berkurang seiring dengan perjalanan waktu siang dan malam, sementara amalan akan tersimpan, dan kematian akan datang tiba-tiba." Waktu berjalan cepat dan tak akan kembali.
Hidup bukanlah permainan yang tanpa konsekuensi, tetapi ialah kenyataan yang setiap bagiannya akan dipertanggungjawabkan. kehidupan dunia adalah periode yang sangat menentukan, meskipun jangka waktunya hanya sesaat, tetapi akhirat yang kekal sebagai taruhannya. Allah berfirman, " Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat ula memajukannya."(Q.S Al A'raf: 34).
Tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah semata. Inilah hakikat yang sering terlupa. Padahal Allah telah berfirman dengan jelas dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
Ibnu Taimiyah mendefinidikan ibadah merupakan seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, dhahir maupun batin. Ibadah tidak akan diterima kecuali dengan dua syarat.
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar maupun syirik kecil.
2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat "Laa ilaaha illallaah", karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah swt., dan syarat kedua adalah konsekuensi syahadat "Muhammadur rasulullah", karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari'atnya dan meninggalkan semua bentuk bid'ah.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan bahwasanya seorang hamba harus rela Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabinya. Kerelaan Allah sebagai Rabb mencakup kerelaan untuk mengakui rububiyah, qadha dan qadar-Nya. Kerelaan terhadap Islam sebagai agama mencakup kerelaan terhadap perintah dan larangan dalam Islam, cinta dan benci karena Islam, sehingga tiada keberatan dalam hatinya sedikitpun untuk melaksanakannya. Adapun kerelaan untuk mengakui Muhammad saw sebagi rasul mencakup kerelaan untuk menjalankan hukumnya, tunduk terhadap aturan yang dibawanya dan tidak mendahulukan ketentuan selain darinya.
Itulah jalan yang harus kita tempuh. Itulah jalur kembali bagi yang ingin selamat dan sampai tujuan dengan sentausa.
Disimpulkan dari majalah Ar Risalah edisi 64 bonus.
Komentar
Posting Komentar